Senin, 05 Maret 2018

MANFAAT BERAMAL DENGAN ILMU.


 
Dalam kehidupan sehari hari ilmu mengungguli amal, sebab dengan adanya ilmu sekalipun amal kecil maka amal yang dilakukan itu akan dirasakan manfaatnya, tetapi tanpa ilmu maka amal yang dilakukan tidak akan memberikan manfaat sebab amal yang dilakukan tanpa amal tidak akan memiliki tujuan dari amal tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa berilmu tanpa beramal adalah tidak menghasilkan apa-apa, tetapi beramal tanpa berilmu hasilnya juga akan sia sia dan hanya akan membuat kita bekerja tanpa tahu untuk apa kita bekerja.


Bukti ketinggian derajat ilmu adlah seperti hikayat berikut :

Bahwasanya Nabi SAW berangkat ke Masjid, setiba beliau di pintu masjid, terlihat syetan berada disitu, lalu beliau SAW bertanya: “Hai Iblis, kenapa kau berada disini, apa maumu?”. Jawabnya: “Sebetulnya aku hendak masuk masjid dan menggoda orang yang sedang shalat, namun apa daya, rasa gentarku terhadap seorang pria yang tengah tidur itu, mengakibatkan rencanaku gagal”. Lalu Beliau SAW bertanya lagi: “Hai Iblis, kenapa kau tak gentar terhadap orang yang shalat, padahal ia tengah beribadah dan bermunajat kepada Tuhannya, bahkan yang kau takuti orang yang tengah tidur pulas dan lupa.” Jawabnya : “Orang yang tengah mengerjakan shalat itu bodoh, gambang diperdaya, tetapi orang yang tengah tidur itu ‘alim, maka jika aku memperdayakan pelaku shalat dan merusak shalatnya.


 


Dari hikayat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tidurnya orang yang berilmu lebih utama daripada ibadahnya orang bodoh. Ini dikarenakan orang bodoh yang shalat dia tidak tahu shalatnya itu untuk apa dan mudah terombang ambing oleh godaan syetan karena tidak mengetahui aturan shalat (ilmu shalat).
Disamping itu juga disebutkan dalam hadist bahwa kemuliaan orang yang berilmu (alim) yang mengamalkan ilmunya lebih besar keutamaanya 1000 (seribu) kali disbanding pejuang yang mati syahid.

Kelak di hari kiamat aka nada 4 jemaah diantar ke depan pintu syorga, tanpa melintasi hisab dan siksa, mareka adalah : orang alim yang mengamalkan ilmunya, haji mabrur yang tidak berbuat kerusakan atas ibadah hajinya, pejuang syahid yang tewas dimedan laga dan dermawan yang memperoleh hartanya dengan usaha halal dan membelanjakannya untuk sabilillah tanpa riya. Atas perintah Allah, Jibril mengajukan pertanyaan kepada pejuang yang mati syahid: “Apa amalmu didunia sehingga kamu hendak masuk syorga diawal?” Jawab mereka “Kami tewas di medan laga semata mencari ridha Allah SWT”. Lalu: “Dari mana kamu peroleh penjelasan tentang pahala bagi pejuang yang mati syahid?”, Jawab mereka : “Dari para ulama”. Lalu Jibrilpun menyahut: “Peliharalah baik-baik adab kesopananmu terhadap para pendidik yang mengajarkanmu dan membimbingmu”. Kemudian Jibril melihat kepada orang kedua, ketiga dan keempat, akhirnya berkatalah orang alim itu : “Ya Tuhanku, keberhasilanku dalam bidang ilmu adalah atas bantuan para dermawan yang bersifat kasih, dan kebaikan mereka”. Maka Allah berfirman: “Benarlah, pernyataan orang alim itu, ya Ridwan, bukakanlah semua pintu syorga hingga para dermawan memasukinya, lalu baru diikut oleh mereka-mereka itu (orang alim, orang yang mati syahid, dan ornag dengan haji mabrur).
Dalam hal ilmu, maka sebaiknya jadilah seseorang itu menjadi pengajar, kalau tidak mampu maka jadilah seorang pelajar atau orang yang menimba ilmu, tidak juga mampu maka jadilah pendengar yang baik dan aktif, tetapi janganlah menjadi orang yang suka berbuat onar dan fitnah.
Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda bahwa tiang penegak dunia itu ada 4 perkara, yaitu ilmu pengetahuan para Ulama, keadilan yang ditegakkan para Umara, sifat dermawan dari para hartawan dan doa para fakir miskin.  Tanpa keempat hal diatas maka dunia ini akan hancur, misalnya jika para ulama sudah tidak ada maka para Umara akan bertindak sesuai kehendak hatinya karena tidak ada lagi yang membimbingnya untuk memimpin negeri, demikian juga para hartawan jika sudah tidak dermawan lagi maka para fakir miskin tidak mendoakannya sehingga kehidupan para dermawan menjadi tidak tenang.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling utama itu adalah Ilmu yang diamalkan oleh pemangku kepentingan, baik itu Umara, hartawan maupun fakir miskin, ilmu itu ada pada para Ulama sehingga keempat hal ini akan menjadi tiang penegak dunia yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Motto:

Belumlah seseorang itu dikatakan sebagai ULAMA sebelum dia mengamalkan ILMU yang dimilikinya

 

1 komentar:

  1. Terima kasih atas informasinya, sangat informatif dan bermanfaat. Jangan lupa kunjungi website Universitas Islam Negeri Walisongo: walisongo.ac.id

    BalasHapus